Petani Salatiga Maksimalkan Pompanisasi Hadapi Kemarau

Jumat, 08 Agustus 2025 | 17:16:40 WIB
Petani Salatiga Maksimalkan Pompanisasi Hadapi Kemarau

JAKARTA - Musim kemarau sering kali menjadi momok bagi para petani, terutama yang bergantung pada irigasi alami seperti hujan. Namun, Slamet, petani dari Desa Sungai Toman, Kecamatan Salatiga, berhasil mengatasi kendala tersebut dengan memanfaatkan sistem pompanisasi yang menarik air dari sungai ke sawahnya. Cara ini memungkinkan Slamet tetap menanam dan memanen padi tanpa terganggu oleh kekeringan.

Menurut Slamet, keandalan sumber air menjadi hal utama yang menentukan keberhasilan panen. "Dengan pompanisasi, walaupun kemarau, kami tetap dapat menanam padi. Air kami sedot dari sungai untuk mengairi sawah," jelasnya. Dari lahan seluas sekitar seperenam hektare, Slamet bisa mendapatkan hasil lebih dari satu ton gabah, dengan estimasi hasil 7 hingga 8 ton per hektare.

Ketersediaan Air Kunci Produktivitas

Slamet menegaskan bahwa produktivitas tanaman padi sangat bergantung pada kecukupan air. Apabila ketersediaan air terjaga, pertumbuhan tanaman akan optimal dan hasil panen pun maksimal. Namun, dia juga mengakui bahwa tidak semua petani beruntung memiliki akses seperti dirinya.

Banyak petani di wilayah yang sama harus mengalami kegagalan panen karena kondisi sungai dan parit yang belum dinormalisasi serta minimnya jaringan pipanisasi. Kondisi ini menyebabkan lahan tadah hujan tidak mampu memenuhi kebutuhan air selama musim kemarau panjang.

Harapan untuk Dukungan Pemerintah

Slamet berharap pemerintah baik di tingkat daerah maupun pusat dapat memperhatikan kebutuhan petani dengan memperluas bantuan pompanisasi dan program normalisasi sungai. Menurutnya, langkah ini sangat penting agar petani tidak lagi bergantung pada kondisi alam yang tidak menentu.

"Normalisasi sungai dan pipanisasi akan menjadi solusi nyata saat kemarau panjang melanda," ujarnya. Dengan dukungan tersebut, petani dapat mengurangi risiko gagal panen dan menjaga keberlangsungan produksi pangan.

Pompanisasi: Solusi Berkelanjutan untuk Petani

Bagi Slamet, teknologi pompanisasi bukan sekadar alat bantu, melainkan pondasi utama dalam menjaga produktivitas pertanian di tengah tantangan musim kemarau. Tanpa ketersediaan air yang cukup, lahan yang subur bisa berubah menjadi tanah tandus yang tidak mampu menumbuhkan tanaman.

“Tanpa itu, tanah kering akan berubah jadi lahan mati, dan mimpi panen hanya tinggal cerita,” pungkasnya.

Dengan optimisme dan teknologi tepat guna seperti pompanisasi, petani di Salatiga mampu menghadapi musim kemarau dengan hasil panen yang memuaskan. Ini menjadi contoh positif bagaimana inovasi sederhana dapat membawa perubahan besar bagi kehidupan petani dan ketahanan pangan di daerah.

Terkini