Kinerja Bisnis Google Cloud Tersendat, Alphabet Inc. Melaporkan Hasil di Bawah Proyeksi untuk Kuartal IV

Kamis, 06 Februari 2025 | 12:36:14 WIB
Kinerja Bisnis Google Cloud Tersendat, Alphabet Inc. Melaporkan Hasil di Bawah Proyeksi untuk Kuartal IV

JAKARTA - Alphabet Inc., induk usaha dari raksasa teknologi Google, melaporkan hasil finansial yang mengecewakan untuk kuartal IV. Hal ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan yang melambat dalam divisi Google Cloud. Berdasarkan laporan yang diterima pada Kamis, 6 Februari 2025, penjualan kuartalan Alphabet, tidak termasuk pembayaran kepada mitra, mencapai US$81,6 miliar. Angka ini meleset dari proyeksi para analis yang sebelumnya memperkirakan pendapatan sebesar US$82,8 miliar, menurut data Bloomberg.

Dalam sebuah panggilan dengan investor, CEO Alphabet, Sundar Pichai, mengumumkan bahwa perusahaan berencana untuk meningkatkan belanja modal secara signifikan pada tahun 2025, dengan total US$75 miliar. Angka ini jauh di atas estimasi para analis yang memperkirakan belanja modal sebesar US$57,9 miliar. Pichai menegaskan, "Investasi ini secara langsung mendorong pendapatan, karena membantu pelanggan kami."

Secara keseluruhan, bisnis Google Cloud, yang dipandang sebagai salah satu indikator utama dari ledakan teknologi kecerdasan buatan (AI) saat ini, tidak berhasil memenuhi ekspektasi. Google Cloud mencatatkan penjualan sekitar US$12 miliar pada kuartal IV, yang jauh di bawah perkiraan. Meskipun demikian, Google Cloud masih tertinggal di belakang para pesaing utamanya seperti Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp. dalam hal ukuran pasar.

"Google perlu terus berinvestasi di cloud untuk memastikan bahwa kami dapat mengatasi peningkatan permintaan pelanggan," ujar Pichai dalam pertemuan dengan investor. Sementara itu, para investor mendesak Alphabet untuk membuktikan bahwa mereka bisa mempertahankan momentum di seluruh lini bisnisnya, terlebih karena perusahaan semakin banyak mengeluarkan biaya untuk pengembangan teknologi AI di tengah kompetisi yang semakin ketat.

Sebagai tambahan, perusahaan rintisan AI asal China, DeepSeek, telah mengejutkan Silicon Valley dengan kemampuan menciptakan model AI yang diklaim lebih kuat dan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing di Amerika Serikat. Meskipun Pichai menyebut DeepSeek sebagai "tim yang luar biasa," dia menegaskan bahwa model AI Google masih unggul dalam hal efisiensi.

Namun, analis senior dari Emarketer, Evelyn Mitchell-Wolf, memberikan pandangan kritis dengan menyatakan, "Model DeepSeek yang terbuka untuk digunakan, sementara model Google berbayar, menimbulkan kekhawatiran bahwa keunggulan Google dalam AI dan pencarian dapat terkikis secara signifikan tahun ini."

Sementara itu, Dan Morgan, manajer portofolio senior di Synovus Trust, menyebutkan bahwa raksasa teknologi seperti Google berada di bawah tekanan untuk menunjukkan bagaimana investasi besar mereka dalam AI dapat menghasilkan keuntungan bisnis yang nyata. Morgan menggarisbawahi bahwa keuntungan besar dari ledakan AI mungkin akan lebih menguntungkan perusahaan yang fokus pada produksi chip, bukannya model AI itu sendiri. "Anda tidak ingin menjadi orang yang menambang emas. Anda ingin menjadi orang yang menjual peralatan kepada mereka," ucap Morgan.

Saham Broadcom Inc. meningkat lebih dari 3% dalam perdagangan pra-pasar setelah adanya pengumuman rencana pembangunan pusat data dan infrastruktur AI oleh Alphabet. Di kuartal yang sama, Alphabet melaporkan laba bersih sebesar US$2,15 per saham, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi Wall Street sebesar US$2,13 per saham.

Di sektor periklanan, unit usaha Iklan pencarian Google mencatat penjualan sebesar US$54 miliar, sedikit mengalahkan ekspektasi analis. Google telah lama mendominasi pasar iklan pencarian, meskipun baru-baru ini menghadapi tantangan dari pesaing AI dan isu antimonopoli. Pada Agustus lalu, seorang hakim Amerika Serikat memutuskan bahwa Google telah memonopoli pasar pencarian melalui transaksi ilegal. Departemen Kehakiman AS dan sejumlah negara bagian menuduh Google telah melanggar undang-undang antimonopoli yang merugikan penerbit dan pengiklan.

Lebih lanjut, pendapatan dari situs streaming video milik Google, YouTube, mencapai US$10,5 miliar, mengalahkan estimasi analis yang sebesar US$10,2 miliar. Kepala Bisnis Alphabet, Philipp Schindler, mengungkapkan dalam panggilan pendapatan bahwa investasi awal YouTube dalam bidang podcast, yang mengalami lonjakan popularitas selama pemilihan presiden AS, telah berhasil mendorong peningkatan belanja iklan oleh kedua partai politik.

Namun, tidak semua unit bisnis Alphabet menunjukkan kinerja yang positif. Divisi Other Bets, termasuk unit ilmu hayati Verily dan usaha mobil self-driving Waymo, hanya menghasilkan pendapatan sebesar US$400 juta, jauh di bawah proyeksi sebesar US$592 juta. Meskipun Waymo telah mengumumkan rencana ekspansi untuk melakukan pengujian di 10 kota baru pada 2025, unit-unit bisnis lain di bawah Other Bets tengah menghadapi tekanan untuk memisahkan diri sebagai perusahaan rintisan independen.

Pichai menambahkan bahwa Waymo kini rata-rata menjalankan 150.000 perjalanan setiap minggu dan akan segera melakukan perjalanan darat internasional pertamanya di Tokyo. "Kami tengah mengerjakan versi baru teknologi pengemudian Waymo yang akan memangkas biaya perangkat keras," kata Pichai.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, Alphabet menghadapi tekanan besar untuk membuktikan bahwa strategi investasi besar mereka akan membawa keuntungan di masa mendatang, terutama dalam menghadapi persaingan dan dinamika pasar yang terus berkembang.

Terkini