JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pentingnya ketahanan energi sebagai elemen fundamental dalam mendukung ketahanan pangan dan program hilirisasi nasional. Wakil Menteri ESDM, Yuliot, menggarisbawahi urgensi ini dalam Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pemasok Energi, Batubara, dan Mineral Indonesia (Aspebindo) di Jakarta.
"Ketahanan energi merupakan bagian integral dari ketahanan nasional sebagai bagian dari Asta Cita. Dengan ketahanan energi, kita dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Tanpa itu, kita tidak dapat mewujudkan ketahanan di sektor lainnya, termasuk pangan dan hilirisasi yang menjadi fokus pemerintah untuk pembangunan berkelanjutan," tegas Yuliot.
Ketahanan Energi sebagai Fondasi Pembangunan
Ketahanan energi nasional dianggap krusial karena menyentuh berbagai aspek kehidupan dan perekonomian. Pangan, misalnya, sangat bergantung pada pasokan energi yang stabil untuk memastikan produktivitas dan distribusi yang efisien. Demikian pula, hilirisasi industri juga mengandalkan energi untuk memproses bahan mentah menjadi produk bernilai tambah yang siap bersaing di pasar global.
"Pangan dan hilirisasi bukan hanya agenda ekonomi, tetapi juga kesetaraan sosial. Keduanya berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Semua ini membutuhkan energi yang cukup dan berkelanjutan," lanjut Yuliot.
Defisit Energi yang Mengancam
Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia diperkirakan mencapai 532 juta barel, sedangkan produksi nasional diperkirakan hanya mencapai 212 juta barel. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk mengimpor sekitar 313 juta barel per tahun, termasuk 112 juta barel minyak mentah dan 201 juta barel bahan bakar minyak (BBM).
"Defisit minyak ini menyebabkan negara kehilangan devisa hingga Rp523 triliun. Ini menuntut pemerintah untuk mengambil langkah strategis dalam mengurangi impor dan meningkatkan kemampuan produksi domestik," jelas Yuliot.
Langkah Strategis Mengatasi Defisit
Untuk menutupi defisit energi, Yuliot menggarisbawahi pentingnya mengoptimalkan produksi dalam negeri. Reaktivasi sumur idle yang masih menyimpan potensi hidrokarbon adalah salah satu strategi kunci yang diambil pemerintah. Saat ini, terdapat 16.990 sumur yang tidak aktif, dengan 4.457 di antaranya memiliki potensi untuk diaktifkan kembali guna meningkatkan produksi minyak nasional.
Sebanyak 1.021 sumur telah direncanakan untuk direaktivasi dengan potensi peningkatan 8.035 barel per hari. Angka ini diharapkan meningkat dengan reaktivasi 1.006 sumur lainnya pada 2025, yang diproyeksikan dapat menambah produksi sebesar 5.816 barel per hari.
Selain reaktivasi sumur, pengembangan potensi migas di wilayah Indonesia Timur yang belum tereksplorasi secara maksimal juga menjadi langkah prioritas. Eksplorasi ini diharapkan dapat membuka potensi baru dan meningkatkan cadangan minyak serta gas tanah air.
"Eksplorasi dan penemuan baru merupakan langkah penting dalam menjaga pasokan energi berkelanjutan. Pengembangan daerah yang belum dikembangkan dapat menambah cadangan sebesar 2,86 miliar barel minyak dan 19 triliun kaki kubik gas bumi," tambahnya.
Pengembangan Potensi Migas
Pemerintah juga berupaya meningkatkan produksi melalui pengembangan 'undeveloped discovery', yang berpotensi menghasilkan output signifikan untuk kebutuhan energi nasional. Selain itu, pengembangan 74 lapangan migas yang telah mencapai tahap plan of development (POD) tetap menjadi fokus meskipun menghadapi beberapa kendala di fase produksi. Jika beberapa lapangan ini dapat dioptimalkan, diharapkan dapat menyumbangkan 403 juta barel minyak dan 9,6 triliun kaki kubik gas bumi ke dalam cadangan energi nasional.
"Mengefisiensikan proses produksi dan pengurangan hambatan pada tahap produksi akan memperkuat ketahanan energi nasional kita," pungkas Yuliot.
Menuju Ketahanan Energi Berkelanjutan
Melalui berbagai inisiatif ini, pemerintah berharap untuk memperkuat ketahanan energi nasional, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian target pembangunan berkelanjutan Indonesia. Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mewujudkan visi ini, mulai dari sektor pemerintah, industri, hingga masyarakat luas.
Optimisme tetap ada, meski tantangan besar masih menghadang. Pemerintah terus mendorong inovasi dan investasi di sektor energi sebagai salah satu prioritas untuk menjamin stabilitas dan kemajuan yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara. Dalam menghadapi era globalisasi dan perubahan cepat dalam sektor energi, strategi inovatif dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan menuju ketahanan energi nasional yang kokoh.