JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di Provinsi Maluku Utara. Cuaca ekstrem tersebut diperkirakan akan berlangsung dalam periode 26 Juni hingga 2 Juli 2025, dan berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah.
Petugas Prakirawan Cuaca BMKG, Fahmi Bachdar, menyampaikan bahwa indikasi cuaca ekstrem ini dipicu oleh sejumlah fenomena atmosfer yang terpantau aktif di wilayah Maluku Utara. Ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat pola belokan angin, konvergensi, serta pertemuan massa udara yang signifikan, yang mengakibatkan pertumbuhan awan hujan semakin intens.
“Secara umum cuaca di Maluku Utara pada periode tersebut diprakirakan berawan hingga hujan ringan. Namun, ada potensi hujan sedang hingga lebat yang terjadi secara fluktuatif, baik pagi, siang, malam, hingga dini hari,” ujar Fahmi.
Ia menambahkan bahwa kondisi tersebut harus diwaspadai karena berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa bencana seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, pohon tumbang, penurunan jarak pandang, hingga angin kencang. BMKG meminta semua pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat, agar meningkatkan kesiapsiagaan.
Daerah Rawan Hujan Lebat dan Dampaknya
BMKG juga memetakan rincian wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem selama periode 26 Juni hingga 2 Juli 2025:
Tanggal 26–27 Juni 2025: Hujan sedang hingga lebat diprakirakan terjadi di Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Pulau Taliabu.
Tanggal 28–29 Juni 2025: Wilayah terdampak meliputi Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Kota Tidore Kepulauan, Halmahera Tengah, Pulau Taliabu, dan Kepulauan Sula.
Tanggal 30 Juni–2 Juli 2025: Hujan lebat diprakirakan melanda sebagian besar wilayah Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Kota Tidore Kepulauan, Kota Ternate, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Pulau Taliabu, dan Kepulauan Sula.
“Potensi hujan lebat yang tersebar di banyak wilayah dalam beberapa hari mendatang ini menuntut kewaspadaan tinggi, terutama di daerah yang memiliki kontur tanah labil dan berisiko longsor,” tambah Fahmi.
BMKG Imbau Pemerintah dan Masyarakat Bertindak
BMKG secara resmi meminta pemerintah daerah di Provinsi Maluku Utara, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Balai Wilayah Sungai, serta Direktorat Lalu Lintas Polda Maluku Utara, agar mengambil langkah antisipatif terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi. Langkah antisipasi yang dimaksud antara lain memantau infrastruktur pengelolaan air, seperti saluran drainase, tanggul sungai, dan kanal pengendali banjir.
Selain itu, akses transportasi dan jalur lalu lintas yang berada di zona rawan longsor atau banjir diimbau untuk diperiksa secara berkala agar tidak menimbulkan korban jiwa atau kecelakaan akibat bencana mendadak.
“Kami mengimbau agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, rutin membersihkan lingkungan, dan menjaga aliran air tetap lancar. Ini adalah bentuk tanggung jawab kolektif untuk mengurangi risiko bencana,” ujar Fahmi lebih lanjut.
Ia juga menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan sekitar serta tidak mengabaikan informasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
Waspada Potensi Bencana Hidrometeorologi
Fenomena cuaca ekstrem di Maluku Utara ini termasuk dalam kategori bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipicu oleh faktor cuaca dan iklim. Di Indonesia, jenis bencana ini merupakan yang paling sering terjadi setiap tahunnya, terutama di wilayah kepulauan seperti Maluku Utara yang memiliki kerentanan tinggi terhadap perubahan pola angin dan curah hujan.
BMKG mengingatkan bahwa dampak dari hujan ekstrem bisa sangat luas, terutama apabila terjadi dalam durasi yang panjang. Potensi banjir besar dan longsor dapat mengancam keselamatan warga, menghentikan aktivitas ekonomi, hingga merusak infrastruktur penting seperti jalan raya, jembatan, jaringan listrik, dan komunikasi.
Peringatan dan Edukasi Cuaca Melalui Media Resmi
Untuk itu, BMKG juga mengingatkan seluruh masyarakat dan pelaku usaha agar tidak mengabaikan peringatan cuaca resmi. Masyarakat diminta untuk selalu mengikuti perkembangan informasi melalui kanal resmi seperti aplikasi Info BMKG, situs web BMKG.go.id, serta siaran resmi radio dan televisi.
“Kami harapkan semua pihak meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, serta selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG,” tutup Fahmi.
BMKG juga tengah memperkuat kerja sama lintas sektor, termasuk dengan dinas pendidikan dan organisasi masyarakat untuk menyosialisasikan pentingnya kesiapsiagaan cuaca kepada warga hingga ke pelosok desa.
Langkah Mitigasi Penting untuk Diterapkan:
Menyiapkan tas siaga bencana berisi logistik dasar seperti air minum, makanan ringan, obat-obatan, serta dokumen penting.
Menghindari aktivitas di luar rumah saat hujan lebat disertai petir atau angin kencang.
Segera menghubungi aparat setempat jika melihat tanda-tanda awal bencana seperti retakan tanah atau aliran sungai yang meluap.
Memastikan keluarga dan warga sekitar memahami jalur evakuasi di lingkungan masing-masing.
Dengan peringatan dini yang telah dikeluarkan oleh BMKG, diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat lebih waspada dan sigap dalam menghadapi dinamika cuaca yang semakin tidak menentu. Kerja sama semua pihak menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak buruk dari bencana hidrometeorologi yang mengintai Provinsi Maluku Utara.