Polimenorea adalah: Penyebab hingga Cara Mencegahnya

Polimenorea adalah: Penyebab hingga Cara Mencegahnya
polimenorea adalah

Polimenorea adalah gangguan haid yang membuat siklus menstruasi wanita terjadi lebih cepat dari normal, yaitu kurang dari 21 hari.

Akibatnya, periode menstruasi akan muncul lebih sering dibandingkan dengan siklus normal. Kondisi ini bukan hanya masalah biasa, sebab bisa dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tekanan psikologis seperti stres.

Gangguan ini perlu mendapat perhatian khusus karena dapat berdampak pada aspek reproduksi. Wanita yang mengalami polimenorea mungkin akan kesulitan menentukan masa subur secara akurat, sehingga menyulitkan proses perencanaan kehamilan. 

Gangguan ini bisa menjadi hambatan dalam mencapai kehamilan yang direncanakan. Untuk itu, penting untuk memahami apa saja pemicu terjadinya gangguan ini dan bagaimana langkah yang tepat untuk menanganinya. 

Dengan mengenali lebih dalam, kamu bisa melakukan penanganan yang sesuai serta menghindari dampak negatif yang lebih besar. Polimenorea adalah kondisi yang tak boleh dianggap sepele dan perlu ditindaklanjuti dengan penanganan yang tepat.

Polimenorea adalah

Polimenorea adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi menstruasi pada wanita dibandingkan siklus normalnya. 

Dalam kondisi ini, seorang wanita bisa mengalami menstruasi lebih dari sekali dalam satu bulan, meskipun durasi perdarahannya tetap berkisar antara tiga hingga tujuh hari.

Fenomena ini disebabkan oleh siklus haid yang lebih pendek dari biasanya, yakni berlangsung kurang dari 21 hari. 

Sebagai perbandingan, umumnya siklus haid dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya dan berlangsung antara 21 hingga 35 hari.

Jika tidak segera ditangani, kondisi ini berisiko menyebabkan penurunan kadar darah dalam tubuh, yang pada akhirnya bisa memicu anemia akibat kehilangan darah secara berulang dalam waktu yang singkat.

Apa Penyebab Wanita Mengalami Polimenorea?

Sebagian perempuan mungkin menganggap bahwa memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan hal yang wajar. 

Namun, penting untuk mengetahui secara pasti apa yang menjadi pemicu ketidakteraturan tersebut agar bisa ditangani dengan tepat. 

Langkah ini juga dapat membantu mencegah potensi masalah kesehatan yang mungkin muncul di kemudian hari. 

Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan menstruasi lebih sering dari biasanya adalah gangguan tertentu yang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

Tekanan Psikologis

Stres yang tidak tertangani dengan baik dapat berdampak buruk pada kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk menyebabkan gangguan pada siklus haid. 

Tekanan emosional dapat mengganggu keseimbangan hormon, yang akhirnya memicu menstruasi lebih sering. Kondisi ini biasanya akan membaik seiring dengan kemampuan seseorang dalam mengelola stres yang dialami.

Penyakit Menular yang Ditularkan Melalui Hubungan Seksual

Masalah ini juga bisa muncul akibat infeksi yang menular melalui aktivitas seksual. Oleh karena itu, penting untuk melakukan deteksi dini guna mencegah kondisi tersebut berkembang menjadi lebih serius. 

Gangguan haid akibat infeksi semacam ini umumnya disertai dengan keluhan lain, seperti keluarnya cairan tidak normal dari vagina, rasa perih saat buang air kecil, dan rasa gatal di area organ intim.

Pertumbuhan Jaringan Abnormal di Luar Rahim

Kelainan ini muncul ketika jaringan yang seharusnya berada di dalam rahim justru tumbuh di lokasi lain, seperti pada indung telur atau saluran tuba. 

Selain mengganggu siklus menstruasi, kondisi ini juga bisa menyebabkan rasa nyeri hebat saat menstruasi maupun saat berhubungan seksual. 

Penanganan untuk masalah ini dapat dilakukan melalui konsumsi obat-obatan tertentu atau melalui prosedur operasi jika diperlukan.

Pertumbuhan Abnormal di Rahim

Adanya jaringan yang berkembang di dalam rahim seperti polip dan fibroid merupakan salah satu penyebab siklus menstruasi menjadi lebih sering. 

Keduanya merupakan pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak dan umumnya terbentuk di area dalam sistem reproduksi perempuan. 

Walaupun tidak tergolong sebagai kanker, kondisi ini tetap dapat menimbulkan gangguan, seperti rasa sakit di bagian perut, ketidaknyamanan saat melakukan hubungan suami istri, pendarahan tidak normal, serta pembesaran pada bagian perut. 

Salah satu akibat dari pendarahan yang disebabkan oleh polip maupun fibroid ini adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya.

Adanya Sel Ganas atau Massa Abnormal

Siklus haid yang terganggu juga dapat terjadi akibat munculnya massa abnormal seperti tumor atau pertumbuhan sel ganas di bagian organ reproduksi. 

Keberadaan sel semacam ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan hormon dan fungsi reproduksi, sehingga berpengaruh langsung pada keteraturan siklus menstruasi.

Masalah Pembekuan Darah

Gangguan medis yang memengaruhi proses pembekuan darah, seperti kelainan koagulasi, juga bisa menjadi pemicu siklus menstruasi yang lebih sering. 

Kelainan ini bisa bersifat genetik, misalnya hemofilia, atau karena tubuh kekurangan zat tertentu seperti protein pembeku darah. 

Perempuan dengan kondisi seperti ini akan lebih mudah mengalami pendarahan, termasuk saat menstruasi, dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki gangguan tersebut.

Efek Samping dari Alat Pengendali Kehamilan

Penggunaan metode kontrasepsi, baik yang berbasis hormon maupun yang tidak mengandung hormon, dapat menjadi salah satu faktor penyebab siklus menstruasi yang lebih sering dari biasanya. 

Jenis kontrasepsi hormonal memiliki potensi memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat memicu ketidakteraturan siklus haid.

Di sisi lain, alat kontrasepsi non-hormonal seperti intrauterine device (IUD) atau spiral, meskipun tidak mengganggu kadar hormon, tetap berisiko menimbulkan infeksi di area reproduksi. 

Kondisi inilah yang kemudian bisa menyebabkan perdarahan atau menstruasi lebih sering terjadi dari siklus normal.

Perubahan Hormonal Menjelang Masa Menopause

Fluktuasi hormon yang terjadi selama masa menjelang menopause atau pre-menopause turut berkontribusi terhadap gangguan pada siklus menstruasi. 

Umumnya, fase transisi ini dialami oleh perempuan yang memasuki usia sekitar 40 tahun ke atas, dan salah satu gejalanya bisa berupa meningkatnya frekuensi haid dalam periode waktu yang lebih singkat.

Bagaimana Cara Mencegah Polimenorea?

Umumnya, kondisi menstruasi yang terjadi lebih sering dari biasanya ini dipicu oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. 

Gangguan pada sistem hormonal kerap muncul sebagai akibat dari tekanan emosional berlebihan maupun pemakaian alat kontrasepsi. Beberapa langkah di bawah ini dapat membantu mencegah munculnya kondisi tersebut.

Kelola Tekanan Emosional

Kondisi mental yang tidak stabil menjadi salah satu pemicu utama terjadinya gangguan pada siklus haid. 

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh Saudi Arabia Medical Journal, ditemukan bahwa sebanyak 91% siswi perempuan mengalami masalah dalam siklus menstruasi mereka, dan penyebab utamanya adalah tekanan emosional. 

Oleh karena itu, penting untuk menjaga ketenangan pikiran, tetap berpikir positif, serta memastikan tubuh mendapatkan waktu istirahat yang cukup agar terhindar dari stres berlebihan.

Gunakan Kontrasepsi Secara Tepat

Langkah pencegahan lainnya adalah memastikan penggunaan alat kontrasepsi dilakukan dengan cara yang benar. Pilih metode kontrasepsi yang paling cocok dan aman untuk digunakan. 

Penggunaannya harus mengikuti panduan yang benar dan disarankan berada di bawah pengawasan tenaga medis berpengalaman. 

Jika mengalami gangguan menstruasi atau efek samping lainnya selama penggunaan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau bidan agar mendapatkan penanganan yang sesuai.

Menjalani Gaya Hidup Sehat

Memulai kebiasaan hidup sehat, seperti rutin berolahraga serta mengonsumsi makanan bergizi tinggi seperti buah dan sayuran yang kaya antioksidan, dapat membantu tubuh terhindar dari berbagai gangguan yang bisa memengaruhi siklus haid. 

Selain itu, penting juga untuk menjaga agar berat badan tetap stabil, sebab kelebihan berat badan menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan pada siklus menstruasi.

Menghindari Rokok dan Alkohol

Berdasarkan temuan dari Italian Journal of Pediatrics, kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol diketahui dapat memengaruhi pola menstruasi pada wanita. 

Tak hanya menjadi penyebab terganggunya siklus haid, dua kebiasaan ini juga berdampak negatif terhadap kondisi tubuh secara keseluruhan. 

Oleh karena itu, menjauhi rokok dan alkohol merupakan langkah penting agar tubuh tetap sehat dan berfungsi optimal.

Benarkah Polimenorea Menyebabkan Susah Hamil?

Mengalami siklus haid yang lebih cepat dari biasanya dan terjadi lebih sering merupakan ciri khas dari kondisi tertentu pada sistem reproduksi wanita. 

Jika kamu merasa memiliki keluhan terkait pola menstruasi yang tidak biasa, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan kepastian mengenai penyebabnya. 

Apalagi jika gangguan ini dibarengi dengan rasa nyeri hebat saat menstruasi setiap bulan, pemeriksaan di rumah sakit menjadi langkah penting untuk memastikan kondisi kesehatanmu.

Penanganan yang dilakukan sejak dini akan sangat membantu dalam mencegah munculnya masalah yang lebih serius. Salah satu konsekuensi dari gangguan ini adalah kemungkinan sulit untuk memperoleh keturunan. 

Proses pelepasan sel telur dari indung telur, yang dikenal sebagai ovulasi, bisa menjadi tidak teratur atau terjadi terlalu cepat pada sebagian siklus ketika kondisi ini terjadi.

Di sisi lain, masa luteal — yaitu fase ketika tubuh sedang mempersiapkan kehamilan — juga cenderung lebih singkat pada penderita gangguan ini dibandingkan mereka yang memiliki siklus haid normal. 

Hal ini tentu menyulitkan untuk mengetahui waktu subur dan merencanakan kehamilan dengan tepat. Meski demikian, peluang untuk hamil tetap ada. Pemeriksaan medis akan membantu menentukan jenis penanganan yang paling sesuai. 

Jika penyebabnya adalah tekanan psikologis, maka mengelola stres dengan baik bisa menjadi solusi utama. 

Namun jika gangguan ini dipicu oleh kondisi medis tertentu, maka langkah penanganan akan disesuaikan dengan diagnosis yang diberikan oleh tenaga medis.

Kapan Harus Ke Dokter?

Pada dasarnya, kondisi ini kerap kali bersifat sementara dan dapat membaik tanpa penanganan khusus. 

Namun, jika gejala yang dialami justru semakin mengganggu atau memburuk, sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter guna mengetahui penyebab utamanya. 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selain tekanan psikologis, kemungkinan lain yang mendasari kondisi ini bisa berasal dari gangguan atau penyakit tertentu yang menyerang sistem reproduksi wanita.

Apa Pemeriksaan yang Dilakukan untuk Mengetahui Penyebab Polimenorea?

Untuk mengetahui secara akurat apa yang menjadi penyebab kondisi ini, dokter mungkin akan menyarankan sejumlah prosedur pemeriksaan, seperti:

  • Ultrasonografi (USG) untuk melihat kondisi organ reproduksi secara visual,
  • Histeroskopi, yaitu metode pemeriksaan menggunakan alat berbentuk selang kecil dengan kamera di ujungnya untuk mengamati bagian dalam rahim,
  • Biopsi endometrium, yakni proses pengambilan sampel jaringan dari lapisan dinding rahim,
  • Sonohisterografi, yaitu prosedur dengan menyuntikkan cairan ke dalam rahim melalui leher rahim agar dapat terlihat lebih jelas menggunakan USG,
  • Pemeriksaan pencitraan lain seperti CT scan atau rontgen untuk melihat kondisi organ secara menyeluruh.

Bagaimana Cara Mengatasi Polimenorea?

Berdasarkan informasi dari Journal of Clinical Research in Pediatric Endocrinology, polimenorea merupakan salah satu jenis gangguan siklus haid yang sering dialami oleh wanita. 

Dalam banyak kasus, kondisi ini dapat membaik dengan cara menjaga kestabilan emosi, mengelola stres dengan baik, serta mencukupi waktu istirahat.

Namun, apabila polimenorea dipicu oleh gangguan atau penyakit tertentu pada organ reproduksi, maka diperlukan penanganan medis terhadap penyakit tersebut. 

Dengan kata lain, metode pengobatan akan disesuaikan berdasarkan penyebab utama dari gangguan tersebut.

Apa Saja Makanan yang Baik untuk Reproduksi Wanita?

Di bawah ini adalah beberapa jenis makanan yang bermanfaat bagi kesehatan reproduksi wanita dan cukup mudah ditemukan di pasaran untuk membantu meningkatkan kemungkinan kehamilan:

Sayuran Berdaun Hijau

Beragam sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli, dan kubis sangat dianjurkan bagi perempuan yang sedang merencanakan kehamilan. Sayuran ini mengandung banyak serat, vitamin, serta protein. 

Selain itu, terdapat juga kandungan antioksidan, zat besi, dan folat yang berperan dalam meningkatkan kesuburan.

Buah Jeruk

Buah jeruk bukan hanya kaya akan vitamin C, tetapi juga mengandung folat, kalium, kalsium, dan antioksidan yang membantu memperlancar siklus haid dan ovulasi, sekaligus meningkatkan kualitas ovum. 

Selain jeruk, buah-buahan lain seperti kiwi, mangga, tomat, dan stroberi juga memiliki kandungan gizi serupa dan baik dikonsumsi untuk mendukung kesuburan.

Alpukat

Alpukat juga termasuk dalam daftar buah yang baik untuk meningkatkan kesuburan wanita. Buah ini mengandung vitamin K yang berguna dalam menjaga keseimbangan hormon dan membantu tubuh menyerap nutrisi penting secara optimal.

Biji Bunga Matahari

Walau berukuran kecil, biji bunga matahari mengandung banyak nutrisi penting yang bermanfaat dalam mendukung kesuburan, seperti vitamin E, folat, selenium, antioksidan, dan asam lemak omega-6. Biji ini cocok dijadikan camilan sehat sehari-hari.

Telur

Telur dikenal sebagai sumber asam amino yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi dalam rangka meningkatkan kesuburan. 

Salah satu asam amino, yakni arginin, sering digunakan dalam suplemen kesuburan karena kemampuannya dalam memperlancar aliran darah ke rahim dan ovarium.

Susu dan Produk Turunannya

Susu serta berbagai produk olahannya, seperti keju dan yoghurt, juga berkontribusi besar dalam mendukung kesehatan sistem reproduksi. 

Sebagai pilihan terbaik, dianjurkan mengonsumsi produk susu yang mengandung lemak, karena diyakini mampu meningkatkan potensi kesuburan.

Selain makanan yang disebutkan sebelumnya, ada beberapa bahan lain seperti kurma muda, asparagus, dan kacang kenari yang juga kaya nutrisi dan sangat baik dikonsumsi untuk mendukung fungsi reproduksi dan peluang kehamilan.

Sebagai penutup, polimenorea adalah kondisi yang perlu diperhatikan sejak dini agar tidak mengganggu kesuburan dan kesehatan reproduksi wanita secara keseluruhan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index