JAKARTA - Pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer masih menunjukkan tren positif meskipun tidak setinggi sebelumnya. Hal ini mencerminkan bagaimana sektor properti tetap bertahan di tengah berbagai dinamika pasar. Bank Indonesia mencatat bahwa triwulan II tahun ini memperlihatkan perkembangan yang tetap stabil, dengan pertumbuhan yang cenderung terbatas namun tetap mengindikasikan daya tahan sektor tersebut.
Stabilitas Harga Masih Terjaga
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2025 tumbuh sebesar 0,90% secara tahunan (year-on-year/yoy). Meski angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2025 yang tercatat sebesar 1,07% (yoy), data ini tetap menunjukkan bahwa sektor properti mampu menjaga kestabilan harganya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa angka tersebut mencerminkan ketahanan sektor properti residensial. “Hal ini tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2025 yang tumbuh sebesar 0,90% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2025 sebesar 1,07% (yoy),” ungkapnya.
Segmen Kecil Masih Menjadi Penggerak
Pertumbuhan harga yang terbatas tersebut turut dipengaruhi oleh dinamika pada penjualan unit properti. Properti tipe kecil masih menjadi segmen yang relatif aktif, sementara penjualan rumah tipe menengah dan besar mengalami tantangan. Ini menunjukkan adanya kecenderungan konsumen untuk memilih hunian yang lebih terjangkau di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Bank Indonesia mencatat adanya perlambatan pertumbuhan penjualan rumah tipe kecil, namun tetap menjadi penopang utama pergerakan harga di pasar primer. Di sisi lain, rumah tipe besar dan menengah menunjukkan kontraksi dalam hal penjualan, yang memberi dampak pada laju pertumbuhan harga secara keseluruhan.
“Secara keseluruhan, penjualan unit properti residensial di pasar primer tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,80% (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,73% (yoy) pada triwulan I 2025,” ujar Ramdan.
Pendanaan Didominasi Dana Internal
Dari sisi pembiayaan, pengembang masih mengandalkan sumber dana internal sebagai modal utama dalam membangun properti residensial. Ini menunjukkan kehati-hatian pengembang dalam menjaga stabilitas finansial, serta adanya kepercayaan diri terhadap keberlanjutan proyek-proyek mereka.
Bank Indonesia mencatat bahwa 78,36% pendanaan pembangunan residensial berasal dari dana internal pengembang. Ketergantungan pada dana internal ini memberi gambaran mengenai pola pembiayaan yang berorientasi pada pengendalian risiko dan efisiensi biaya.
“Dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 78,36%,” jelas Ramdan.
Konsumen Andalkan Kredit Pemilikan Rumah
Sementara dari sisi konsumen, tren pembiayaan juga menunjukkan pola yang konsisten. Skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi pilihan utama masyarakat dalam membeli rumah. Ini mengindikasikan bahwa sektor perbankan masih memiliki peran penting dalam mendukung kepemilikan properti.
Mayoritas pembeli rumah menggunakan fasilitas KPR sebagai solusi pembiayaan. Data Bank Indonesia mencatat bahwa 73,06% dari total pembiayaan pembelian rumah di pasar primer berasal dari KPR. Hal ini menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap kredit perumahan tetap terbuka dan dapat dimanfaatkan secara optimal.
“Dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 73,06% dari total pembiayaan,” tambahnya.
Optimisme Tetap Terjaga
Meskipun mencatat perlambatan dalam beberapa indikator, hasil survei Bank Indonesia tetap memberikan sinyal positif bagi keberlanjutan sektor properti. Ketahanan harga, stabilitas pembiayaan, serta peran aktif sektor perbankan dan pengembang menjadi pendorong utama yang menopang sektor ini ke depan.
Penggunaan dana internal oleh pengembang dan konsistensi pembiayaan KPR dari masyarakat menunjukkan bahwa ekosistem properti masih beroperasi dalam kondisi yang terjaga. Dengan demikian, meski pertumbuhan harga tidak setinggi periode sebelumnya, prospek ke depan tetap terbuka untuk perbaikan seiring dengan stabilitas makroekonomi nasional.
Informasi Lebih Lanjut
Bagi masyarakat dan pelaku usaha yang ingin memahami lebih dalam kondisi pasar properti, hasil lengkap dari Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia dapat diakses secara terbuka melalui platform resmi Bank Indonesia. Data ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam mengambil keputusan baik dari sisi bisnis maupun kebutuhan individu terkait properti.