Kemenkes

Kemenkes Ambil Langkah Cepat Tangani Wabah Campak di Sumenep

Kemenkes Ambil Langkah Cepat Tangani Wabah Campak di Sumenep
Kemenkes Ambil Langkah Cepat Tangani Wabah Campak di Sumenep

JAKARTA - Tragedi kesehatan kembali terjadi di Sumenep, Madura. Sebanyak 20 anak meninggal akibat campak sejak Februari hingga Agustus 2025. Angka kematian ini menjadi alarm serius bagi pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes), untuk segera bertindak dan menggalakkan imunisasi massal guna mencegah penyebaran lebih luas.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menegaskan bahwa campak kini menjadi ancaman serius karena memiliki tingkat penularan sangat tinggi. Dalam kunjungannya ke Sumenep, ia mencontohkan betapa cepatnya virus ini menyebar: satu penderita campak dapat menularkan penyakit ke 18 orang lain.

“Campak itu satu orang bisa menularkan ke 18. Jadi memang penyakit ini yang paling menular,” jelas Menkes Budi.

Meskipun tingkat penularannya tinggi, Menkes Budi menekankan bahwa campak dapat dicegah dengan vaksinasi. Menurutnya, vaksin yang tersedia sangat efektif, sehingga anak-anak yang divaksinasi memiliki perlindungan maksimal terhadap penyakit ini.

“Untungnya sudah ada vaksinnya, dan vaksinnya itu efektif. Jadi kalau divaksinasi, pasti tidak akan kena campak lagi,” tambahnya.

Selain risiko penularan, campak juga memiliki tingkat fatalitas cukup tinggi, sehingga tidak boleh dianggap remeh. Dengan kematian 20 anak sebagai bukti nyata, pemerintah menilai langkah cepat sangat penting.

Imunisasi Massal dan Surveillance

Menanggapi kasus di Sumenep, pemerintah mengambil tindakan imunisasi massal yang menargetkan 70 ribu anak di daerah terdampak. Program ini direncanakan berlangsung selama dua minggu dan menjadi langkah utama untuk memutus rantai penyebaran virus.

Selain itu, sistem deteksi dini dan pengawasan (surveillance) diperkuat untuk memantau penyebaran campak di lapangan. Menkes Budi menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat, tenaga kesehatan, dan aparat desa dalam mengenali gejala campak, seperti demam dan ruam pada anak.

“Yang kita lakukan, nomor satu, melakukan surveillance yang lebih ketat,” tegas Menkes Budi.

Dengan upaya ini, pemerintah berharap angka kematian tidak bertambah. Menurut Menkes Budi, korban yang meninggal sebanyak 20 anak merupakan batas yang diharapkan tidak terlampaui.

“Yang meninggal sudah 20. Kita harapkan dalam dua minggu ke depan (kasus meninggal) berhenti di sana dan tidak naik,” ujarnya.

Waspada Hoaks Vaksin

Selain fokus pada imunisasi, Menkes Budi juga memperingatkan masyarakat akan bahaya hoaks seputar vaksinasi yang marak beredar di media sosial dan aplikasi pesan instan. Informasi palsu semacam ini disebutnya bisa menyebabkan kematian anak-anak jika orang tua enggan memvaksin anaknya.

“Sekarang banyak berita WhatsApp mengenai jangan imunisasi, jangan vaksinasi. Teman-teman, itu sangat berbahaya dan jahat. Karena kita lihat sampai meninggal 20 anak, hanya gara-gara masyarakat diteror berita-berita itu,” pungkasnya.

Penanganan dan Harapan ke Depan

Kemenkes menekankan bahwa campak bukan penyakit yang tak bisa dicegah, dan vaksinasi adalah kunci untuk menurunkan risiko penularan dan kematian. Dengan program imunisasi massal, surveillance yang diperkuat, serta edukasi masyarakat mengenai keamanan vaksin, diharapkan kasus di Sumenep bisa segera terkendali.

Selain itu, langkah cepat ini menjadi pelajaran penting bagi daerah lain untuk tidak menunda vaksinasi. Kemenkes mengimbau semua pihak untuk aktif melaporkan kasus campak, memantau gejala pada anak-anak, dan menghindari informasi keliru yang dapat menghambat program imunisasi.

Kejadian ini menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat dan dukungan penuh tenaga kesehatan untuk mencegah tragedi serupa terjadi di daerah lain. Imunisasi massal dan deteksi dini menjadi strategi utama dalam menekan angka kematian akibat campak.

Dengan langkah-langkah yang sedang dijalankan, pemerintah menargetkan penularan campak bisa dihentikan dan angka kematian tidak bertambah, memastikan keselamatan anak-anak di Sumenep dan sekitarnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index