Garuda Indonesia Siapkan RUPSLB, Bahas Tambah Modal dan Aset

Rabu, 22 Oktober 2025 | 13:02:56 WIB
Garuda Indonesia Siapkan RUPSLB, Bahas Tambah Modal dan Aset

JAKARTA - Setelah melakukan perombakan jajaran petinggi pada pekan lalu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) kini bersiap melanjutkan tahap penting restrukturisasi bisnisnya. 

Maskapai pelat merah ini akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025 dengan sejumlah agenda strategis yang menandai kelanjutan proses penyehatan perusahaan.

Berdasarkan keterbukaan informasi resmi, rapat akan digelar pukul 14.00 WIB di Ruang Auditorium, Gedung Manajemen Garuda City, yang berlokasi di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. 

Agenda RUPSLB kali ini tidak hanya sekadar formalitas tahunan, melainkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat struktur keuangan dan arah jangka panjang Garuda Indonesia.

Fokus Utama: Tambah Modal dan Restrukturisasi Keuangan

Agenda pertama dalam RUPSLB tersebut adalah persetujuan peningkatan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor perseroan. 

Langkah ini akan dilakukan melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau yang lebih dikenal dengan istilah private placement.

Manajemen Garuda menjelaskan bahwa agenda ini merupakan tindak lanjut dari RUPSLB pada 30 Juni 2025, yang sebelumnya telah menyetujui rancangan restrukturisasi keuangan sebagai bagian dari proses penyehatan perusahaan.

“Mata acara ini merupakan tindak lanjut atas keputusan RUPSLB tanggal 30 Juni 2025 mengenai persetujuan rancangan restrukturisasi dalam rangka penyehatan perseroan,” tulis manajemen GIAA dalam keterbukaan informasi.

Danantara Siap Gelontorkan Rp30 Triliun untuk Garuda

Aksi korporasi private placement tersebut akan dijalankan oleh PT Danantara Asset Management (Persero), yang menjadi mitra strategis utama dalam restrukturisasi Garuda. 

Danantara akan menyalurkan dana segar melalui dua skema, yakni setoran tunai dan konversi pinjaman pemegang saham (shareholder loan/SHL) menjadi saham baru.

Total dana yang disiapkan mencapai US$1,84 miliar atau sekitar Rp30,31 triliun dengan kurs Rp16.421 per dolar AS. Dari jumlah itu, US$1,44 miliar (Rp23,66 triliun) akan disetorkan secara tunai, sementara US$405 juta (Rp6,65 triliun) berasal dari konversi pinjaman menjadi saham baru.

Langkah ini diperkirakan akan memperkuat struktur permodalan GIAA sekaligus mengurangi beban utang jangka panjang yang selama ini menjadi tantangan utama perusahaan pasca-pandemi.

Pengalihan Aset Jadi Agenda Penting Lainnya

Selain membahas tambahan modal, RUPSLB juga akan membahas pengalihan kekayaan perusahaan yang nilainya lebih dari 50% dari total kekayaan bersih perseroan.

Agenda ini mencakup pemindahtanganan dan penghapusbukuan sejumlah aset, antara lain pesawat, aset yang tidak terpakai (unused assets), serta low value asset (LVA) dan unit load device (ULD).

Manajemen GIAA menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi portofolio aset untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperbaiki posisi keuangan jangka panjang.

Selain itu, para pemegang saham juga akan diminta memberikan persetujuan pelimpahan kewenangan pengalihan kekayaan kepada jajaran direksi, serta menyetujui Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) yang akan menjadi panduan arah strategis Garuda hingga beberapa tahun ke depan.

Perombakan Direksi Jadi Awal Babak Baru

Sebelum rencana RUPSLB November mendatang, Garuda Indonesia baru saja menyelesaikan RUPSLB pada pekan lalu yang menghasilkan perubahan besar di jajaran manajemen.

Dalam rapat tersebut, pemegang saham resmi mengangkat Glenny H. Kairupan sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia, menggantikan Wamildan Tsani, yang sebelumnya menjabat sejak 15 November 2024.

Selain itu, Thomas Sugiarto Oentoro ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama, sedangkan Frans Dicky Tamara dipercaya sebagai Komisaris baru. Perubahan ini diharapkan dapat memperkuat tata kelola dan mempercepat implementasi strategi restrukturisasi perusahaan.

Masuknya Dua Petinggi Asing dari Industri Penerbangan Dunia

Salah satu hal menarik dalam restrukturisasi manajemen Garuda Indonesia adalah masuknya dua nama baru berlatar belakang internasional.

Pertama, Balagopal Kunduvara, mantan petinggi Singapore Airlines, kini menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Divisional Vice President Financial Services Singapore Airlines sejak 2021 hingga 2025.

Kedua, Neil Raymond Mills diangkat sebagai Direktur Transformasi. Ia dikenal memiliki pengalaman panjang di industri penerbangan global dan diharapkan dapat membantu mempercepat proses modernisasi dan efisiensi bisnis Garuda.

Masuknya dua profesional asing ini merupakan bagian dari strategi PT Danantara Asset Management, yang menilai transformasi Garuda memerlukan keahlian internasional di bidang keuangan dan operasional maskapai.

Langkah Transformasi Garuda Menuju Keberlanjutan

Dengan rangkaian aksi korporasi yang tengah dijalankan, Garuda Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam mempercepat pemulihan dan membangun kembali fondasi bisnis yang lebih kuat.

Dukungan modal besar dari Danantara dan restrukturisasi aset menjadi langkah penting untuk memperbaiki struktur keuangan sekaligus meningkatkan kepercayaan pasar terhadap prospek Garuda di masa depan.

Keberhasilan pelaksanaan agenda RUPSLB pada November nanti akan menjadi indikator penting apakah maskapai kebanggaan nasional ini siap benar-benar lepas landas dari tekanan finansial menuju fase pertumbuhan berkelanjutan.

Terkini