JAKARTA - Popularitas matcha terus menanjak dalam beberapa tahun terakhir. Minuman berbahan bubuk teh hijau asal Jepang ini tidak hanya digemari karena tampilannya yang khas, tetapi juga karena citranya sebagai minuman sehat kaya antioksidan. Dari kedai kopi hingga dapur rumahan, matcha diolah menjadi latte, dessert, hingga campuran smoothie yang menggoda selera.
Di balik popularitasnya, matcha memang menyimpan banyak manfaat. Kandungan antioksidan, khususnya katekin dan epigallocatechin gallate (EGCG), dikenal membantu melawan radikal bebas.
Selain itu, L-theanine di dalam matcha memberikan efek relaksasi tanpa membuat tubuh terasa lesu, sehingga sering dianggap sebagai sumber energi yang lebih stabil dibanding kopi. Matcha juga mengandung sejumlah vitamin dan mineral penting yang mendukung fungsi tubuh.
Namun, manfaat tersebut tidak serta-merta berarti matcha aman dikonsumsi tanpa batas. Seperti halnya bahan alami lain, konsumsi berlebihan justru berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Kandungan kafein, tanin, dan katekin yang tinggi dapat memicu efek samping tertentu jika matcha diminum terlalu sering atau dalam jumlah berlebihan.
Matcha dan Kandungan Aktif di Dalamnya
Matcha dibuat dari daun teh hijau yang digiling halus, sehingga seluruh bagian daun ikut dikonsumsi. Hal ini membuat kandungan nutrisinya lebih terkonsentrasi dibanding teh hijau seduh biasa. Dalam satu sajian kecil matcha, terdapat kafein, tanin, antioksidan, serta senyawa aktif lain yang bekerja langsung di dalam tubuh.
Kafein dalam matcha memberikan efek stimulan pada sistem saraf pusat. Sementara itu, tanin berperan dalam rasa pahit sekaligus memiliki kemampuan mengikat mineral tertentu. Katekin dan EGCG berfungsi sebagai antioksidan kuat, tetapi dalam dosis tinggi dapat membebani organ tertentu, terutama hati.
Konsumsi Berlebihan dan Risiko Kesehatan
Meski dikenal sehat, matcha bukan minuman yang bebas risiko. Konsumsi berlebihan, terutama tanpa memperhatikan waktu dan kondisi tubuh, dapat memicu gangguan kesehatan. Risiko ini meningkat pada individu yang sensitif terhadap kafein, memiliki masalah lambung, atau memiliki riwayat penyakit tertentu seperti hipertensi dan gangguan hati.
Banyak orang menganggap matcha sebagai pengganti kopi yang lebih aman, lalu mengonsumsinya beberapa kali dalam sehari. Padahal, tanpa disadari, asupan kafein dan senyawa aktif lain bisa melampaui batas aman yang dianjurkan.
Efek Samping yang Perlu Diwaspadai
Berikut adalah sejumlah efek samping yang dapat muncul akibat terlalu banyak mengonsumsi matcha:
1. Menghambat penyerapan mineral
Tingginya kandungan tanin dalam matcha dapat menghambat penyerapan mineral penting seperti zat besi dan kalsium. Jika berlangsung lama, kondisi ini dapat memicu kelelahan, penurunan daya tahan tubuh, hingga gangguan kesehatan tulang. Mengutip Times of India, efek ini perlu diwaspadai terutama bagi mereka yang memiliki risiko anemia.
2. Gangguan tidur
Matcha mengandung sekitar 70–76 mg kafein per dua gram bubuk matcha berkualitas. Asupan kafein berlebih dapat menyebabkan sulit tidur atau kualitas tidur menurun. Oleh karena itu, konsumsi matcha sebaiknya dibatasi pada pagi atau siang hari agar tidak mengganggu ritme tidur malam.
3. Meningkatkan kecemasan dan detak jantung
Kafein yang berlebihan dapat menyebabkan overstimulasi sistem saraf. Dampaknya berupa rasa cemas, gelisah, hingga detak jantung yang meningkat. Orang yang sensitif terhadap kafein cenderung lebih cepat merasakan efek ini, terutama jika mengonsumsi matcha beberapa kali sehari.
4. Gangguan pencernaan
Kandungan tanin dan katekin yang tinggi dalam matcha dapat mengiritasi lambung, terlebih jika diminum saat perut kosong. Efeknya bisa berupa mual, nyeri perut, diare, atau sembelit. Bagi pemilik lambung sensitif, disarankan mengonsumsi matcha setelah makan.
5. Meningkatkan tekanan darah
Meski memiliki banyak manfaat, konsumsi matcha berlebihan dapat memicu peningkatan tekanan darah. Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung dan strok. Individu dengan riwayat hipertensi sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengonsumsi matcha.
6. Berpotensi mengganggu fungsi hati
Matcha mengandung epigallocatechin gallate (EGCG) yang bermanfaat sebagai antioksidan. Namun, jika dikonsumsi dalam dosis tinggi, lebih dari 800 mg, senyawa ini dapat meningkatkan risiko gangguan fungsi hati. Gejalanya meliputi nyeri perut kanan atas, urine berwarna gelap, serta kulit atau mata menguning.
Menentukan Batas Aman Konsumsi Matcha
Agar manfaat matcha tetap bisa dirasakan tanpa risiko kesehatan, penting untuk memperhatikan batas konsumsi harian. Secara umum, asupan matcha disarankan tidak melebihi sekitar 10 gram per hari atau setara dengan dua hingga tiga cangkir kecil. Selain itu, sebaiknya matcha dikonsumsi tanpa terlalu banyak tambahan gula atau krimer agar manfaat alaminya tetap optimal.
Memahami batas aman konsumsi menjadi kunci agar matcha tetap menjadi bagian dari gaya hidup sehat, bukan justru sumber masalah kesehatan. Dengan konsumsi yang bijak, matcha dapat dinikmati sebagai minuman bernutrisi tanpa menimbulkan efek samping yang merugikan.